Berikut ini adalah terjemahan dari salah satu artikelnya Milena Ivanova yang berjudul “James Webb Images were Made to Look Beautiful” yang dimuat di The Institute of Art and Ideas pada tangal 22 Agustus 2022. Teks artikel ini diterjemahkan oleh Moh. Gema, diterbitkan di situs Antinomi Institute untuk keperluan diseminasi epistemik dan atas izin dari penulisnya dan pihak The Institute of Art and Ideas.
Bulan kemarin seluruh dunia kagum pada keindahan gambar luar angkasa yang baru dirilis oleh James Webb Space Telescope NASA yang paling kuat sejauh ini. Teleskop ini merupakan satu dari instrumen saintifik yang paling tepat dan kompleks. Dengan bantuannya, para saintis berharap untuk mempelajari lebih jauh tentang asal-usul alam semesta, bagaimana galaksi berevolusi, komposisi dan dinamika atmosfer eksoplanet dan lebih dari itu. Prospek penemuan ini mendorong perasaan kagum dan membuat kita bertanya-tanya, tapi yang paling dirayakan adalah keindahan dari gambarnya, Salinan dari yang sekarang mendekorasi banyak desktop dan dinding.
Untuk memproduksi sebuah gambar indah seperti Cosmic Cliffs, para saintis harus membuat beberapa putusan dari sifat alamiah estetika; mereka harus memilih warna untuk membantu mereka memvisualisasikan data yang takterakses oleh mata manusia, dan meningkatkan fitur objek dan prosesnya. Dengan demikian, warna dalam gambar tersebut merupakan sebuah alat yang berguna yang memungkinkan kita untuk memperlajari data yang diperoleh, gambar tersebut adalah penerjemahan data gelombang-panjang yang berbeda pada warna yang dapat kita lihat. Perangkat tambahan yang mirip telah menjadi bagian dari representasi data yang diproduksi sebelumnya oleh teleskop lain dan merupakan sebuah bagian umum dari proses representasi saintifik lebih umumnya.
Namun perangkat tambahan dari gambar ini memunculkan sesuatu yang fundamental tentang praktik saintifik yang berlawanan dengan bagaimana banyaknya orang berpikir tentangnya. Sains bukanlah praktik algoritmik yang hanya menerjemahkan data mentah ke teori. Proses saintifik sering mengikutsertakan putusan dan sensibilitas estetik dalam mempersiapkan dan menginterpretasikan data yang pada akhirnya akan menjadi eviden dalam mendukung atau menggagalkan hipotesis tertentu.
Keikutsertaan putusan estetik dalam pengolahan gambar saintifik, dan produk saintifik lainnya seperti eksperimen, tentu tidak khusus untuk astronomi dan bukan hanya fitur dari sains modern. Sejak dahulu kala saintis seperti Leonardo da Vinci dan Robert Hooke menggunakan fitur estetik dalam penggambarannya dan menggunakan keindahan untuk menambah fitur dari pokok persoalannya. Ilustrasi kutu Hooke yang terkenal, dalam karyanya Micrographia (1665) menunjukan pada kita bahwa tujuannya bukan hanya untuk menggambarkan specimen tapi untuk menarik perhatian pada fitur estetiknya, maka dari itu bukan hanya menghantarkan pemahaman atas objeknya tapi juga memprovokasi perasaan kagum dan indah ketika beririsan dengannya. Putusan estetik merupakan integral untuk banyak bidang saintifik, dari astronomi hingga biologi, dan kedokteran hingga kimia dan paleontologi.
Ketika saintis membuat putusan estetik dalam pekerjaan saintifiknya, putusan ini sering kali merupakan produk dari sebuah asumsi: bahwa alam itu indah dan menunjukan fitur estetik. Hooke sudah pasti memegang teguh keyakinan ini dan melihat tujuannya sebagai seorang saintis untuk membuka tirai keindahan alam melalui proses saintifik. Asumsi ini menghantarkan para saintis pada keinginan untuk mempertunjukan keindahan alam melalui produk saintifik seperti gambar dan model. Putusan ini, biar bagaimanapun, juga dapat merepleksikan keyakinan lainnya, bahwa keindahan membawa kita pada produksi produk-produk saintifik yang lebih berguna. Contohnya, preferensi untuk desain dan persiapan eksperimental yang elegan dan indah sering kali berkelanjutan dengan hasrat untuk meminimalisasi sumber eror. Seperti yang polymath Prancis, Henri Poincaré tekankan, dalam sains, perhatian untuk kegunaan menghantarkan pada perhatian untuk yang indah. Wawasan penting Poincaré adalah bahwa pemahaman kita dikondisikan untuk mencari simetri, elegansi dan kesederhanaan di alam dan sensibilitas estetik kita yang dapat memberi petunjuk untuk kita dalam membuka rahasia alam.
Sensibilitas estetik saintis bermain dalam praktik setiap hari, sebagaimana yang telah ditegaskan akhir-akhir ini oleh Caitlin Wylie, yang dalam bukunya, “Preparing Dinosaurs”, mendiskusikan proses kompleks di balik rekonstruksi fosil dan bagaimana mereka yang merekonstruksinya perlu untuk menggunakan putusan estetik dan kemampuan artistiknya. Sementara astronomer di NASA menggunakan warna untuk menciptakan gambar yang indah, para saintis lainnya mungkin menggunakan putusan estetik lain, seperti mempertahankan simetri dari fosil, meningkatkan dan menyoroti pola tertentu disbanding yang lainnya, dan seterusnya.
Sementara putusan estetik tampak diikutsertakan dalam banyak aspek prkatik saintifik, mengapa para saintis di NASA perlu untuk memproduksi gambar yang sedemikian rupa indah untuk kita lihat? Apakah ini hanya cara tertentu untuk menarik perhatian pada hasil inisiatif penelitian ini? Atau untuk mendorong orang-orang untuk menempatkan nilai pada jenis aktivitas yang dikejar oleh NASA? Atau apakah hal tersebut sesuatu yang lebih jauh; mungkin sebuah hasrat untuk membagikan sebuah momen penting dalam penemuan saintifik dan menunjukan bagaimana sains dapat menyingkap keindahan alam?
Kita biasanya berpikir bahwa pengalaman estetik sebagai sesuatu yang termasuk kedalam interaksi kita dengan produk artistik yang eksplisit seperti lukisan, patung, sastra, dan music. Alternatifnya, alam pada dirinya sendiri dapat menjadi sumber pengalaman estetik, ketika, contohnya, kita mengapresiasi keindahan sebuah lanskap, matahari terbenam atau struktur rumit dari sarang madu heksagonal. Tapi sains dapat menjadi sebuah sumber keindahan yang hakiki juga. Bahkan tanpa pemahaman yang luas dan mendalam dari apa yang direpresentasikan oleh gambar James Webb, kita terkagum-kagum dengan keindahannya.
Namun ada yang lebih yang dinilai dalam pengalaman ini yang melampaui apresiasi keindahan visual langsung dari gambarnya. Keindahan gambar ini mengundang pertemuan dengan persoalan masalah itu sendiri, dan pertemuan ini akan mengantar banyak dari kita untuk menanyakan pertanyaan dan mencoba mencari apa yang direpresentasikan oleh gambar ini. Para saintis tertarik untuk membagikan gambar ini dengan public karena mereka ingin orang-orang luar sains untuk mengalami keindahan yang kita pertemukan melalui penemuan saintifik. Dengan demikian, keindahan visual dari gambar tersebut merupakan sebuah undangan untuk ikut serta dan menemukan sebuah sumber keindahan yang signifikan yang lebih dalam lagi dalam sains, yaitu proses penemuan.
Seperti halnya filsuf alam di hari Royal Society dulu membuka pintunya untuk publik dan mengundangnya untuk melihat eksperimen dengan pompa udara yang baru ditemukan, pertunjukan fenomena baru yang dapat muncul melalui instrumen baru ini, hari ini para saintis di NASA membagikan penemuannya karena mereka ingin mengikutsertakan dan mempesonakan public dan menunjukan bagaimana sains dapat menjadi sebuah sumber dari banyak pengalaman yang berbeda-beda, dari mendapat pemahaman untuk menemukan keindahan dan rasa kagum dalam produk saintifik. Dan keindahan, yang ternyata demikian, adalah cara yang terbaik untuk mengkomunikasikan sains dan penemuan-penemuannya.